Selasa, 17 Maret 2015

Tanda - Tanda Hari Kiamat (Tanda-tanda kecil) ----- SELINGAN IV-----

                                  Image by : http://ressengok.blogspot.com/2012/02/kiamat.html

     Meskipun hanya Allah ta'ala saja yang mengetahui kapan terjadinya kiamat kubra, namun Ia menerangkan kepada kita tanda-tandanya melalui lisan Rasululloh Shalallohu 'alaihi wa sallaam. Tanda-tanda hari kiamat kubra ada dua macam, yaitu tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar.
 
Tanda-tanda kecil kiamat kubra
(dalam : ( IMAN KEPADA HARI AKHIR - Fathul Mujib) diterbitkan oleh Hikmah anak Sholih )


Diantara tanda-tanda kiamat yang kecil adalah :

1). Diutusnya Rasululloh Shalallohu 'alaihi wa sallam,
 Beliau bersabda :

بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ -وَضَمَّ السَّبَّابَةَ وَالْوُسْطَى

“Aku diutus, dan kiamat (demikian dekat) sebagaimana (dekatnya) dua jari ini.” Beliau rapatkan jari telunjuk dan jari tengah. HR. Al Bukhari dan Muslim

  Makna Hadits :
 (dalam : http://asysyariah.com/kiamat-sudah-dekat-namun-tak-ada-seorang-pun-mengerti/)
     Al-Qurthubi t berkata dalam At-Tadzkirah: Sabda beliau:

بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنَ

“Aku diutus, dan kiamat (demikian dekat) sebagaimana (dekatnya) dua jari ini,” mengandung makna bahwasanya aku adalah nabi terakhir. Tidak ada nabi lain sesudahku. Yang datang mengiringiku adalah hari kiamat, sebagaimana jari telunjuk langsung diiringi jari tengah.

(Hadits ini juga bermakna bahwa) kiamat itu demikian dekat. dan tanda-tandanya telah berdatangan silih berganti. Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:

“Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya…” (Muhammad: 18)

Yakni kiamat itu telah dekat, dan tanda pertamanya adalah (diutusnya) Nabi n, karena beliau adalah nabi akhir zaman. Allah utus beliau dan tidak ada nabi lain sesudahnya hingga tegaknya hari kiamat…” (At-Tadzkirah Bi Ahwalil Mauta Wa Umuril Akhirah 3/1219)

Ibnu At-Tin t berkata: “Terjadi perselisihan mengenai makna sabda Rasul n Seperti dua jari ini. Sebagian berpendapat: ‘Seperti perbedaan panjang antara jari telunjuk dan tengah.’ Sebagian lagi berpendapat: ‘(Maknanya), tidak ada nabi antara beliau n dan hari kiamat.’ Demikian dinukilkan Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi (6/73).

Pembaca rahimakumullah.

Kehidupan Ar-Rasul n adalah kehidupan yang penuh kasih sayang dan bimbingan. Tak ada satu kebaikanpun melainkan telah beliau sampaikan. Demikian pula tidak ada satu kejelekanpun bagi umat ini melainkan telah beliau peringatkan umat darinya. Dengan penuh kasih dan cinta beliau tarbiyah umat untuk berjalan menuju ridha Allah hingga wafatnya ditahun sebelas hijriyah.Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam hadits Anas z, ada bimbingan Rasulullah n bagi umat ini untuk segera bangkit dari kelalaian dan bergegas menyiapkan bekal menghadapi hari kiamat yang telah dekat.

Dekatnya hari itu dengan diutusnya beliau n ibarat dekatnya jari telunjuk dan jari tengah yang dihimpitkan. Allah l berfirman:

“Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (An-Nahl: 77)

Jika dekat, kenapa tak kunjung tiba?

Kabar dekatnya kiamat telah berlalu empatbelas abad silam. Mungkin ada yang bertanya: Jika kiamat telah dekat, kenapa hingga saat ini belum ditegakkan?

Kata-kata ini boleh jadi muncul sebagai bentuk pengingkaran orang kafir atas berita Allah dan Rasul-Nya n. Atau, mungkin juga pertanyaan ini adalah waswas setan yang dibisikkan pada sebagian dada muslimin.
Adapun orang kafir, perkaranya telah jelas. Ungkapan ini sangat wajar muncul dari mulut orang-orang yang hatinya telah buta dan telinganya telah tuli. Dengan mudahnya mereka ingkari kiamat dan hari kebangkitan, sebagaimana Allah sebutkan tentang mereka dalam firman-Nya:

Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (At-Taghabun: 7)

Dalam ayat lain Allah l berfirman:

Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar, yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui, kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui. (An-Naba’: 1-5)

Bagi mereka, cukup kita bacakan firman Allah yang Maha Agung:

“Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan Kami sediakan bagi orang yang mendustakan kiamat api yang menyala-nyala.” (Al-Furqan: 11)

Kiamat dekat, jika dibandingkan umur umat terdahulu

Kedatangannya adalah sebuah kepastian. Sungguh segala sesuatu yang pasti kedatangannya, maka ia adalah perkara yang dekat.

Jarak diutusnya Rasul n hingga kiamat nanti adalah waktu yang sangat dekat jika dibandingkan umur dunia yang sudah sangat lama, sejak sebelum Adam n menempatinya bersama Hawa. Rasulullah n bersabda:

مَثَلُكُمْ وَمَثَلُ أَهْلِ الْكِتَابَيْنِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَأْجَرَ أُجَرَاءَ فَقَالَ: مَنْ يَعْمَلُ لِي مِنْ غَدْوَةٍ إِلَى نِصْفِ النَّهَارِ عَلَى قِيرَاطٍ؟ فَعَمِلَتِ الْيَهُودُ. ثُمَّ قَالَ: مَنْ يَعْمَلُ لِي مِنْ نِصْفِ النَّهَارِ إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ عَلَى قِيْرَاطٍ؟ فَعَمِلَتِ النَّصَارَى. ثُمَّ قَالَ: مَنْ يَعْمَلُ لِي مِنَ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغِيبَ الشَّمْسُ عَلَى قِيرَاطَيْنِ؟ فَأَنْتُمْ هُمْ. فَغَضِبَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالُوا: مَا لَنَا أَكْثَرُ عَمَلًا وَأَقَلُّ عَطَاءً؟ قَالَ: هَلْ نَقَصْتُكُمْ مِنْ حَقِّكُمْ؟ قَالُوا: لاَ. قَالَ: فَذَلِكَ
فَضْلِي أُتِيهِ مِنْ أَشَاءُ

Perumpamaan kalian dan dua ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah seperti seorang yang menyewa pekerja-pekerja. Ia berkata: “Siapakah yang mau bekerja untukku dari pagi hingga tengah siang dengan upah satu qirath?” Maka bekerjalah Yahudi. Lalu ia berkata: “Siapakah yang mau bekerja untukku dari tengah siang hingga shalat ashar dengan upah satu qirath?” Maka bekerjalah Nasrani. Kemudian ia berkata: “Siapa yang mau bekerja untukku dari ashar hingga tenggelam matahari dengan upah dua qirath?” Maka (bekerjalah suatu kaum, dan kalianlah mereka.Marahlah Yahudi dan Nasrani. Mereka berkata: “Kenapa kami yang lebih banyak pekerjaannya tetapi pemberiannya lebih sedikit?” Allah berfirman: “Apakah Aku mengurangi sesuatu dari hak kalian? Mereka berkata: “Tidak.” Allah berfirman: “Itulah keutamaan-Ku, Aku berikan kepada siapapun yang Aku kehendaki.”[1]


Demikian perumpamaan umat Rasulullah n dan umat-umat sebelumnya. Hidup di akhir-akhir kehidupan dunia dengan umur yang sangat pendek, namun Allah berkahi dan Allah lipatgandakan pahala.
Ibnu Umar z mengisahkan, suatu saat sesudah shalat ashar, ketika matahari bersinar dari arah bukit Qu’aiqi’an[2]Rasulullah n duduk bersama para sahabat. Beliau bersabda:

مَا أَعْمَارُكُم فِي أَعْمَارِ مَنْ مَضَى إِلَّا كَمَا بَقِيَ مِنَ النَّهَارِ وَفِيْمَا مَضَى مِنْهُ

“Tidaklah umur kalian jika dibandingkan umur umat sebelum kalian kecuali seperti apa yang tersisa dari hari ini (yaitu waktu ashar) dan yang telah lalu darinya.”[3]

Dalam hadits lain Rasulullah n bersabda:

إِنَّمَا أَجَلُكُم فِي أَجَلِ مَنْ خَلَا مِنَ الْأُمَمِ مَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعَصْرِ وَمَغْرِبِ الشَّمْسِ

“Sesungguhnya ajal kalian dan ajal umat-umat yang telah lalu hanyalah seperti masa antara shalat ashar dan tenggelamnya matahari.”[4]

Hadits-hadits di atas semuanya menunjukkan bahwasanya apa yang tersisa dari umur dunia dibandingkan umurnya yang telah lalu adalah waktu yang sangat sedikit. Umat Muhammad n adalah kaum terakhir yang hidup di muka bumi, sebagaimana Rasulullah n adalah rasul terakhir yang Allah utus kepada manusia.
Pembaca rahimakumullah. Sesungguhnya apa yang dikatakan dekat oleh Allah dan Rasul-Nya maka kita katakan itu dekat, walaupun manusia menganggapnya jauh. Allah berfirman:
“Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi).” (Al-Ma’arij: 6-7)


Kiamat adalah rahasia allah

Meskipun dekat, namun hari itu Allah rahasiakan. Tidak ada seorangpun mengetahuinya. Allah berfirman:

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (Al-A’raf: 187)

Pengetahuan tentang hari kiamat adalah ilmu yang Allah khususkan untuk diri-Nya. Allah l berfirman:

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34)

Lima perkara inilah kunci-kunci ghaib yang Rasulullah n sabdakan dalam hadits-Nya:

مِفْتَاحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَا اللهُ… -مِنْهَا: وَلَا يَعْلَمُ مَتَى السَّاعَةُ إِلاَّ اللهُ

“Kunci-kunci ghaib ada lima, tidak ada yang megetahuinya kecuali Allah … Di antaranya adalah: dan tidak ada yang mengetahui kapan hari kiamat kecuali Allah.”

Alhasil, tidak satu makhlukpun mengerti kapan hari kiamat terjadi. Rasulullah n hanya mendapatkan wahyu dari Allah bahwa kiamat terjadi pada hari Jumat, sebagaimana Allah juga mewahyukan kepada beliau tentang tanda-tandanya. Selebihnya beliau tidak tahu kepastian hari tersebut.

Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah berkata: “Adalah Nabi n ketika ditanya tentang hari kiamat, beliau menjawabnya dengan menyebut sebagian tandanya. Maka tidak ada seorangpun selain Allah yang mengetahui di tahun berapa kiamat itu, di bulan apa kiamat itu, dan di tanggal manakah di bulan itu. (Adapun hari), hadits Rasul n telah menetapkan bahwa hari itu adalah hari Jum’at. Beliau n bersabda:

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةُ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا يَوْمُ الْجُمُعَةِ

“Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jumat. Di hari itu Adam diciptakan, di hari itu ia dimasukkan jannah, dan di hari itu pulalah ia dikeluarkan dari jannah. Dan tidaklah kiamat itu ditegakkan kecuali pada hari Jumat.” [5](Qathfu Al-Janad Dani Syarh Muqaddimah Risalah Ibni Abi Za’id Al-Qairawani hal. 115)

Nabi Muhammad n –rasul paling mulia dari kalangan manusia–, demikian pula Jibril q –rasul (utusan) paling mulia dari kalangan malaikat– keduanya tidak mengerti bilakah hari itu terjadi. Ketika Jibril datang dalam bentuk manusia yang tidak dikenal, ia bertanya kepada Rasulullah n kapankah hari kiamat? Jawaban Rasulullah n ketika itu tidak melebihi ucapan beliau:

مَا الْمَسْؤُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ

“Tidaklah yang ditanya lebih tahu dari yang bertanya.” (Yakni keduanya sama-sama tidak mengetahui). (HR. Muslim)

Jika keduanya tidak mengerti kapan hari kiamat, masuk akalkah jika kemudian ada seseorang yang mengaku tahu kapan hari itu? Subhanallah, ini adalah kedustaan yang nyata!!
Bahkan Israfil –malaikat peniup sangkakala yang dengan tiupannya kiamat akan ditegakkan– pun tidak mengetahui kapan Allah perintahkan dia untuk meniupkan sangkakala. Yang ia lakukan hanyalah terus menatapkan pandangannya ke arah ‘Arsy –tidak berkedip sedikitpun– menanti perintah Allah untuk meniupkannya.
Rasulullah n bersabda:

إِنَّ طَرْفَ صَاحِبِ الصُّورِ مُنْذُ وُكِّلَ بِهَ مُسْتَعِدٌ نَحْوَ الْعَرْشِ مَخَافَةَ أَنْ يُؤْمَرَ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْهِ طَرْفُهُ كَأَنَّ عَيْنَيْهِ كَوْكَبَان دُرِّيَّانِ

“Sesungguhnya pandangan malaikat peniup sangkakala selalu tertuju ke arah Arsy semenjak Allah tugaskan. Khawatir andai ia diperintah meniupkannya sebelum mengedipkan keduanya, seolah-olah matanya dua bintang yang memancar.”[6]

2). Terbelahnya Bulan

3). Api Muncul di Hijaz (Madinah) dan dapat menyinari leher-leher onta di daerah Bushra (Syam/Suriah)

4). Munculnya para Pendusta yang mengaku Nabi

(dalam: http://asysyariah.com/kemunculan-nabi-palsu-pertanda-akan-datangnya-hari-kiamat/)
     Kemunculan nabi-nabi palsu di muka bumi ini sesungguhnya merupakan salah satu tanda dari sekian tanda hari kiamat. Di antara mereka, ada yang sekadar mengaku-ngaku. Namun ada pula yang “mendakwahkan” ajarannya sehingga punya banyak pengikut.

Kemunculan para Nabi palsu adalah salah satu tanda akan bangkitnya hari kiamat sekaligus tanda kebenaran kenabian Rasulullah Muhammad bin Abdillah n. Di mana apa yang beliau beritakan akan kemunculan mereka benar sesuai kenyataan yang ada, karena beliau berucap dari wahyu bukan dari hawa nafsu dan kedustaan. Dari Abu Hurairah z dari Nabi n, beliau bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبًا مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللهِ

“Tidaklah hari kiamat bangkit sehingga dibangkitkan para (Dajjal) pendusta, pembohong, mendekati 30 orang. Masing-masing mengaku bahwa dirinya adalah Rasulullah.” (Shahih, Al-Bukhari Kitabul Manaqib, Bab ‘Alamatun Nubuwwah fil Islam, Muslim Kitabul Fitan Wa Asyrathus Sa’ah, Bab La Taqumus Sa’ah Hatta Yamurra Ar-Rajul bi Qabri Ar-Rajul… no. 3413)

Dari Tsauban z, ia berkata Rasulullah n bersabda:

وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتـِي بِالْـمُشْرِكِينَ وَحَتَّى تَعْبُدَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ في أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي

“Tidak akan bangkit hari kiamat sehingga beberapa qabilah dari umatku bergabung dengan musyrikin dan sehingga beberapa qabilah dari umatku menyembah berhala-berhala, dan sesungguhnya akan muncul pada umatku para pendusta berjumlah 30 masing-masing mereka mengaku nabi dan akulah penutup para nabi tiada nabi sesudahku.” (Shahih, HR. Abu Dawud Kitabul Malahim Wal Fitan, Bab Dzikrul Fitan wa Dala`iluha no. 4252)

Terbukti, apa yang beliau ucapkan terjadi. Telah muncul di masa beliau n Musailamah Al-Kaddzab di Yamamah yang kemudian terbunuh pada masa kekhalifahan Abu Bakr.
Lalu muncul Al-Aswad Al-‘Anasi di Yaman dan terbunuh sebelum meninggalnya Nabi Muhammad n.
Lalu muncul Sajjah, seorang wanita yang mengaku Nabi kemudian dinikahi Musailamah. Tapi setelah kematian Musailamah, ia bertaubat dan masuk Islam kembali.
Muncul kemudian Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi, yang pada akhirnya ia bertaubat dan kembali memeluk Islam.
Kemudian muncul Mukhtar Ibnu Abi ‘Ubaid Ats-Tsaqafi.
Lalu muncul Al-Harits dan beberapa orang yang lain pada masa khilafah ‘Abbasiyyah. (Fathul Bari, 6/617)
Di masa akhir ini muncul Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani.
Tak ketinggalan, ada pula yang mengaku Rasul di negeri kita ini, yaitu Ahmad Mushaddeq yang menamai kelompoknya Al-Qiyadah Al-Islamiyyah, yang kemudian mengaku bertaubat.1
Dan terus akan bermunculan Nabi maupun Rasul palsu, sehingga muncullah pamungkas mereka, yaitu Dajjal. (Fathul Bari, 6/617)

Sahabat Samurah bin Jundub z mengatakan bahwa Rasulullah n mengatakan dalam khutbahnya saat gerhana di masanya:

وَأَنَّهُ وَاللهِ لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ ثَلاَثُونَ كَذَّاباً، آخِرُهُمُ الْأَعْوَرُ الدَّجَّالُ

“Dan sungguh –demi Allah– tidak akan bangkit hari kiamat sehingga muncul 30 pendusta, dan yang terakhir dari mereka adalah yang buta sebelah, Ad-Dajjal.” (HR. Ahmad, Musnad Ahmad, 5/16)
Yang pada akhirnya nanti ia akan mengaku bahwa dirinya adalah Allah l.
Empat dari Nabi-Nabi palsu itu adalah wanita. Dari Hudzaifah z, ia mengatakan bahwa Nabiyullah n mengatakan:

فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ وَدَجَّالُونَ سَبْعَةٌ وَعِشْرُونَ، مِنْهُمْ أَرْبَعُ نِسْوَةٍ وَإِنِّي خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي

“Di tengah umatku ada para pendusta, pembohong berjumlah 27. Empat dari mereka adalah wanita. Aku adalah penutup para Nabi, tiada nabi setelahku.” (HR. Ahmad, Musnad Ahmad, 5/396)
Tentang bilangan 302 Ibnu Hajar t menjelaskan: “Bukan yang dimaksud oleh hadits adalah setiap orang yang mengaku nabi secara mutlak. Karena jumlah mereka tidak terhitung. Mayoritas mereka, pengakuan kenabiannya muncul karena penyakit gila… Tapi yang dimaksudkan (berjumlah sekitar 30) adalah yang memiliki kekuatan dan syubhat.” (Fathul Bari, 6/617)
Siapakah yang Mengklaim Kenabian?
Kenabian hanya akan diklaim oleh orang yang paling jujur atau orang yang paling dusta. Dan tidak akan tersamarkan antara yang ini dengan yang itu, kecuali bagi sebodoh-bodohnya orang. Bahkan isyarat-isyarat pada keadaan masing-masing yang mengaku nabi akan menyingkap hakikat keduanya. Tidak seorangpun mengklaim sebagai Nabi dari kalangan pendusta tersebut, kecuali nampak padanya kebodohan, kedustaan, dan kejahatan serta pengaruh kekuasaan setan atasnya, yang akan diketahui oleh orang yang memiliki daya pemilah walaupun hanya sedikit.

Dari Abdullah z, dia berkata: Nabi n bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

“Wajib atas kalian untuk berlaku jujur karena kejujuran itu akan menyampaikan kepada perbuatan baik dan perbuatan baik itu akan menyampaikan kepada Al-Jannah. Dan tetaplah seseorang berlaku jujur dan berusaha untuk itu sehingga ia tertulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur. Dan jauhi oleh kalian perbuatan dusta, karena sesungguhnya kedustaan itu akan menyampaikan kepada perbuatan jahat dan
perbuatan jahat itu akan menyampaikan kepada neraka, dan tetaplah seseorang itu berdusta dan berusaha untuk dusta sehingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Ibnu Mas’ud z) [Syarh Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah hal. 150 dengan diringkas)
Dari hadits tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa seorang yang mengaku-ngaku nabi niscaya akan tampak dari tindak tanduknya serta tutur katanya yang menunjukkan kedustaannya, karena kedustaan akan berbuah kejahatan.

Ibnu Katsir t berkata: “Di antara rahmat Allah l kepada hamba adalah di mana Allah l utus Nabi Muhammad n kepada mereka. Lalu, di antara bentuk kemuliaan yang Allah l berikan kepada mereka adalah ditutupnya para nabi dan rasul dengan beliau n dan disempurnakannya agama yang lurus baginya. Sungguh Allah l telah memberitakan dalam Kitab-Nya, juga rasul-Nya dalam Sunnahnya yang mutawatir bahwa tidak ada Nabi setelah beliau, agar semua orang yang mengaku-ngaku nabi tahu bahwa dirinya adalah pendusta, pembohong, penipu, sesat dan menyesatkan, walau bagaimanapun dia bersulap dan membawa berbagai macam sihir serta jimat-jimat…

Itu semua adalah palsu dan kesesatan, menurut pandangan orang yang berakal. Sebagaimana yang Allah l berlakukan terhadap Al-Aswad Al-‘Anasi dari Yaman serta Musailamah Al-Kadzdzab di Yamamah. Dari kejadian-kejadian dan kata-kata yang (dengan itu) semua orang yang berakal dan paham, mengetahui bahwa keduanya adalah pendusta dan sesat, semoga Allah l melaknati keduanya. Demikian pula semua yang mengaku-ngaku Nabi sampai pada hari kiamat, sampai pada akhirnya Al-Masih Ad-Dajjal. Masing-masing pendusta tersebut, Allah l ciptakan bersama mereka perkara-perkara yang dengannya para ulama dan kaum mukminin dapat bersaksi tentang kedustaan pengakuannya. Ini termasuk kelembutan Allah l terhadap makhluk-Nya. Karena sesungguhnya mereka –dengan realita yang pasti– tidak melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, kecuali hanya secara kebetulan, atau karena mereka punya tujuan tertentu di balik amar ma’ruf nahi mungkar mereka itu. Mereka pasti berada pada puncak kedustaan dan kejahatan dalam kata-kata dan perbuatan mereka.
Sebagaimana firman Allah l:

“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa.” (Asy-Syu’ara`: 221-222)

Berbeda dengan keadaan para Nabi. Sesungguhnya mereka pada puncak kebaikan, kejujuran, kelurusan, istiqamah, serta keadilan dalam apa yang mereka katakan, mereka perintahkan dan mereka larang. Bersamaan dengan itu, segala yang mendukung mereka berupa hal-hal yang luar biasa, dalil-dalil yang jelas, dan bukti-bukti yang sangat nyata. Semoga shalawat Allah l dan salam-Nya selalu tercurah kepada mereka, senantiasa dan selalu selama masih ada langit dan bumi.” (Tafsir Al-Qur`anil Al-’Azhim, 3/502)

5). Adanya Budak Perempuan yang melahirkan tuannya
6). Adanya Penggembala yang telanjang kaki dan telanjang badan lagi miskin, berlomba-lomba meninggikan bangunan
7). Amanah di serahkan kepada orang yang bukan ahlinya
8). Ilmu di cabut dan kebodohan menjadi tampak
9). Munculnya fitnah (huru-hara) yang bertubi-tubi
10). Banyaknya Pembunuhan
11). Binatang, seperti sapi dan serigala, dan benda mati, seperti tali sandal dan paha orang, berbicara kepada manusia
12). Pergaulan manusia yang buruk dan tali silaturahim terputus
13). Banyaknya Gempa
14). Permukaan Bumi yang tenggelam
15). Adanya sebagian kaum yang dirubah bentuknya menjadi lebih jelek. 

diatas telah kita sebutkan bagian dari tanda-tanda kecil datangnya hari kiamat, mari kita pelajari salah satu sebab munculnya tanda-tanda kiamat yang kecil ini. Diantara sebabnya adalah sebagaimana disampaikan oleh sahabat 'Abdulloh bin 'Umar radhiyallohu 'anhuma bahwasanya Rasululloh Shalallohu 'alaihi wa sallaam bersabda : 

yang artinya, 
" Pada Umat ini akan terjadi penenggelaman, dirubahnya bentuk tubuh mereka, dan dilempari dengan batu, yaitu terjadi pada orang-orang yang tidak beriman kepada takdir."  HR. At-Tirmidzi (bab: Fii Ar-Ridha bi al-Qadha')

Sehingga salah satu sebab terjadinya bencana alam adalah karena tidak beriman kepada takdir. Oleh karena itu kita harus belajar dengan sungguh-sungguh ilmu syari'at Islam agar kita bisa beriman dengan benar.

Sahabat 'Imran nin Hasan Menuturkan, Rasululloh Shalallohu 'alaihi wassalaama bersabda :
yang artinya :

"Pada umat ini akan terjadi penenggelaman bumi, dirubahnya bentuk tubuh (karena dikutuk), dan pelemparan batu."

Diantara kaum muslimin (sahabat) ada yang bertanya,  "Wahai Rasululloh kapan kejadian ini akan terjadi ?"
Beliau menjawab : 
yang artinya :
"Apa bila seruling  (alat musik) telah tampak, banyak budak perempuan yang suka bernyanyi, dan minuman keras di jadikan minuman."  HR. At-Tirmidzi (Kitab Al-fitan)-dinukil dari Asyrat As-Sa'ah-Maktabah Saymilah  

Sebab lain dari tanda-tanda kecil adalah banyaknya kejelekan sebagaimana dalam hadits ini. Wallahu a'lam.

Tanda-tanda kecil dari hari kiamat tidak hanya ini. Masih ada tanda-tanda lain yang belum kita pelajari.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar